Postingan

malam

dalam malam aku diam, belajar mengeja kata yang tak memiliki huruf, berbisik pada bahasa jengkerik, dan pojok-pojok kegelapan, ada rindu yang mengalir seirama degup nadiku.. beritahu aku bagaimana cara malam menebus segala ke-egoisannya kepada mentari, sakitku cukup menyiksa, aku ingin terus bersamamu, menerjemahkan bahasa embun,

senja

Mentariku, kali ini bulan malu-malu Atau mungkin enggan menatapku. Tapi apakah penting dengan keberadaan bulan? Kurasa tidak, Ada tiada bulan sekalipun tak akan mempengaruhi kegelapan malam, Cukup kamu, mentariku. Cukup sinarmu yang akan membuat kegelapanku semakin bercahaya,

hanya ingin mengenang

elegi di perampian senja-Mu, membuyarkan sejenak fokusku.. ku kekalkan sebuah kata: terimakasih untuk setiap kalimat kalimatmu yang telah mengalirkan air mata hujan dalam gersang paragraf senjaku, terimakasih telah pernah mendampingiku merangkai kata menjadi kalimat dalam paragraf masa laluku. mengajariku mengeja: eR, dalam kekakuan lidahku. inginnya aku tak mengingat, tidak pula melupakan, berhentilah sejenak di sini, di senja yang menjingga. temaniku memandang tenggelamnya mentari, aku hanya ingin mengenangmu, sebentar saja....

kematian malam

~Kamatian Malam~ Seolah bagian dari rencana Tuhan, Senja kelabu dalam mendung, Gerimis lepas dari dekapan awan, air mata hujan meniti dalam pangkuan bumi, Sang Gelap telah mati! Oh. Siapa kiranya telah membunuh kematiannya? Angin berlalu tiada menjawab, gemuruh badaipun membisu, kaku! Kerlingan kilat mengolok kematian sang Gelap, Putih bertahta di istana derita, Putih berkuasa mendera jiwa. Putih berorasi penuh kediktatorannya, Memvonis Gelap untuk kematian cintanya. Sang Gelap mati merangkul cinta abadi. Putih mendera menjunjung arogansinya, Bertahta pada istana kosong belaka. Semesta tahu, tak lama lagi putih akan mati, Sebab gelap telah tiada. Karena gelap tercipta untuk putih, Dan putih tercipta untuk gelap. Mereka manunggal satu jiwa. Tidak bisa tidak! Itulah sebab konsep: putih ada karena gelap tercipta, Atau sebaliknya. Tidak kurang, tidak lebih. Itu saja.

sampai jumpa di pemberhentian selanjut-Nya

Penghujung Shubuh Tibalah saat cahayamu bersinar sempurna berjumpa dengan kepergian malam dalam titik akhirnya kau terbit sekaligus tenggelam dalam cakrawala sang malam berlayar sekaligus karam dalam lubuknya menyisakan bayangan itulah sebabnya langit berubah mendung dan sesekali terlihat menyimpan genangan hingga terkoyak pecah menjelma gerimis yang menyetubuhi bumi dengan rintiknya, pagi ini.... Di penghujung shubuh ini, aku tak lagi mencegahmu pergi teruslah bersinar sampai senja nanti aku mengizinkanmu pergi, meski ku tau tanpamu, aku bisa terjatuh kapan saja, sebelum sampai di perhentian yang kau janjikan. menunggu tanpa batas waktu seperti halnya lingkaran, tapi, biarlah aku mengikutinya. walau sekali waktu aku ingin segera tau, apakah kau pernah benar-benar menungguku? Alhusna, November 5,2010

lelah.

lupakan aku untuk kau kenang.
Hmm, ini merupakan kedua kalinya saya mencoba membuat blog. Blog yang pertama saya sudah lupa paswordnya, hhe. Oke, untuk itu saya masih bingung harus menulis apa, hanya saja saat ini saya sedang mengalami sedikit "masalah". saya tidak mengerti, bagaimana saya harus menyikapi masalah tersebut. mohon doanya saja. Beralih pada peran saya sebagai "pelajar" hoh! hari-hari ini full ujian, dimulai dari ujian praktek. ujian tulis, ujian ngaji. Ya Rabb, bantu saya mengatur waktu belajar [meski begitu kok sempet2nya buat blog yak? hhe :p]