Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

hanya ingin mengenang

elegi di perampian senja-Mu, membuyarkan sejenak fokusku.. ku kekalkan sebuah kata: terimakasih untuk setiap kalimat kalimatmu yang telah mengalirkan air mata hujan dalam gersang paragraf senjaku, terimakasih telah pernah mendampingiku merangkai kata menjadi kalimat dalam paragraf masa laluku. mengajariku mengeja: eR, dalam kekakuan lidahku. inginnya aku tak mengingat, tidak pula melupakan, berhentilah sejenak di sini, di senja yang menjingga. temaniku memandang tenggelamnya mentari, aku hanya ingin mengenangmu, sebentar saja....

kematian malam

~Kamatian Malam~ Seolah bagian dari rencana Tuhan, Senja kelabu dalam mendung, Gerimis lepas dari dekapan awan, air mata hujan meniti dalam pangkuan bumi, Sang Gelap telah mati! Oh. Siapa kiranya telah membunuh kematiannya? Angin berlalu tiada menjawab, gemuruh badaipun membisu, kaku! Kerlingan kilat mengolok kematian sang Gelap, Putih bertahta di istana derita, Putih berkuasa mendera jiwa. Putih berorasi penuh kediktatorannya, Memvonis Gelap untuk kematian cintanya. Sang Gelap mati merangkul cinta abadi. Putih mendera menjunjung arogansinya, Bertahta pada istana kosong belaka. Semesta tahu, tak lama lagi putih akan mati, Sebab gelap telah tiada. Karena gelap tercipta untuk putih, Dan putih tercipta untuk gelap. Mereka manunggal satu jiwa. Tidak bisa tidak! Itulah sebab konsep: putih ada karena gelap tercipta, Atau sebaliknya. Tidak kurang, tidak lebih. Itu saja.